DENGAN TENANG KUNANTIKAN TUHAN
(Habakuk 3:1-19)
 |
Ketua Sinode GPIN: Pdt. Dr. Elly Soeparno |
Sobat-sobatku yang dikasihi Tuhan Yesus,
Istilah “Dengan
tenang kunantikan Tuhan” bobotnya sama dengan “Orang benar akan hidup
oleh percayanya” (2:4b; Roma1: 17
). Isi doa nabi Habakuk ini mengingatkan kepada kita seolah situasi yang sedang
terjadi pada saat itu “dunia sedang kacau balau”, perjuangan rohani secara
mati-matian melawan kejahatan, yang datang dari suatu pemerintahan dunia yang
dipegang oleh kekuasaan yang tidak adil dan sembrono (1: 2-4). Kebutuhan
spiritualitas/moralitas jauh dari harapan, kebutuhan rasa keadilan terbalik,
kesejahteraan dalam masyarakat minoritas terasa kandas, alam dan lingkungan
tidak bersahabat, keadaan ekonomi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
berkemakmuran sebaliknya: kebutuhan dasar sandang papan dan pangan serta rasa
aman tergerus oleh sikon (3: 17). Namun demikian nabi Habakuk memiliki satu
pengharapan bahwa “Dengan tenang kunantikan Tuhan”, maka setiap peristiwa dan keadaan
yang diijinkan Tuhan terjadi ”seburuk apapun” dapat menjadi alat “bina” dan
sarana “didik” pembelajaran dalam hidup orang percaya. Sobatku yang kurindukan dalam
Tuhan Yesus, Sama
dengan sikon kita yang terjadi sekarang ini.Mengapa tidak? Kebutuhan dasar
dunia sangat “mengglobal”. Dolar naik rupiah jatuh, harga kebutuhan sembilan
bahan pokok melonjak harga batubara, buah sawit dan karet anjlok,
kriminalitas merajalela dimana-mana.
Belum lagi perusahaan-perusahaan gulung tikar, banyak karyawan terancam pemutusan
hak kerja (PHK), Lebih ironis lagi alam tidak lagi bersahabat : Pulau
Kalimantan, Sumatera mulai dari Sumsel, Jambi dan Pekan baru musim kemarau panjang diliputi
kabut asap tebal dan muncul penyakit “Ispa”. Sementara hambanya Bapak Ezron
Siregar melayani di kota Medan Sumut terpaksa harus mengungsi pindah rumah
karena kebanjiran. Gunung Sinabung masih menunjukkan ketegangan dan
menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar.
Hamba-hamba
Tuhan GPIN yang dimuliakan dalam Kristus,
Merenung
sejenak dalam pelayanan seraya bertanya pada diri sendiri :
1.
Benarkah, Tuhan Yesus sedang berkata kepadaku : “Baik
sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia.......?” (Mat 25:21,23)
2.
Aku dan keluargaku, bertanya : Benarkah engkau melayani Tuhan dengan
hatimu?, dengan ototmu? dan atau dengan emosimu?” (Yos 24:15,16)
3.
Mungkinkah GPIN mencapai visi 2022 dengan situasi kondisi
(sikon) demikian? (Mat 19:26)
Para pendeta, evangelis, pelayan,
majelis, aktivis dan jemaat yang saya sayangi dalam Tuhan!
Secara
global keadaan pelayanan nabi Habakuk dengan keadaan kita sekarang secara
prinsip sama, versinya yang berbeda, tinggal bagaimana menyikapinya. Pertama,
atas dasar fakta yang terjadi ditengah bangsa kita tercinta :ketidakadilan,
penderitaan, tekanan, kesulitan pihak lain memahami kehadiran kita sebagai
gereja, merupakan bagian yang agaknya sulit dipisahkan dari panggilan kita (Maz
90:12 ;Mat 10:16).
Kedua, fakta yang kita alami
sepanjang pelayanan baik pelayanan suku, bak sebuah perjalanan panjang yang
tiada bertepi seolah habis energi hanya untuk memberikan persembahan satu jiwa
bagi Tuhan pun tak kunjung datang. Terlebih dalam penggembalaan jemaat : bak
mendorong mobil menaiki bukit terjal, menuruni lembah curam dengan harapan
program gereja dapat berjalan lancar. Rapat majelis setiap bulan banyak
keputusan tetapi sulit dilaksanakan; mengelola keuangan dengan nilai rupiah,
seolah tanggungjawabnya dolar-dolaran. Belum lagi membimbing jemaat ada
kecenderungan ingin jalan sendiri, ternyata sudah tersesat jauh disebrang jalan
(Yeh 34:13-16).
Ketiga, realita dalam keluarga : “Berapa
lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru
kepadaMu...” (1:2). Kitab Habakuk membenarkan, ladang
mengering-sayuran-pepohonan enggan bersemi, harga kebutuhan sembilan bahan
pokok tidak terjangkau “terpaksa” membayar dengan cicilan, oh puji
Tuhan...salary hamba Tuhan pun dicicil tiga kali, haleluya! Anak-anak merintih
kesakitan butuh biaya
pengobatan,
anak butuh biaya sekolah/kuliah, tabungan masa depan habis terpotong biaya
administrasi. Bagi keluarga muda, konflik demi konflik tak terelakkan bak
sebuah perahu layar menyesuaikan dengan arah angin bagai main selancar (Kol
3:18-20).
Akhirnya, sobat-sobatku yang setia dalam
ladang Tuhan,
Melalui
“Suara Gembala”, belajar menyikapi situasi yang tumpang tindih dengan banyaknya
pergumulan ditengah-tengah bangsa tercinta, diseputar pelayanan gereja dan
keluarga serta diri sendiri. Solusi yang paling tepat ialah: “DENGAN
TENANG KUNANTIKAN TUHAN”, sebab hanya orang benar akan hidup oleh
iman.Mari tenangkan diri, nantikan Tuhan fokus pada visi-misi Tuhan 2022, GPIN
hadir ditiap-tiap provinsi di Indonesia. Amin (ES)